Senin, 03 Agustus 2009

Terendap sepiku


Malam ini sedikit bintang yang mampu berkerlip di depanku, entahlah, seolah semua ingin meninggalkanku meratapi kesunyian ruang dan waktu. Aku merasakan dinginnya angin malam yang menusuk kulit ariku, sehingga semakin kudekapkan selimut tebal ini pada tubuhku. Aku tak bisa tidur, aku selalu terbayang bagaimana aku bisa begitu mencintainya, bagaimana aku bisa tak dapat melupakannya, dan bagaimana bisa aku tunduk padanya? Semua itu perlu jawaban yang aku sendiri tak tahu jawabnya. Sederhana sekali, tapi sangat rumit. Kini setelah sekian lama dia meniggalkanku, dia hadir kembali dengannya. Aku tak sakit hati lagi,,dan tak mungkin bisa sakit hati, karena yang ia bawa adalah adikku. Dan, entahlaah. Malam ini terasa begitu panjang, sehingga aku bisa merangkai kalimat demi kalimat untuk menumbuhkan ingatanku kembali tentang bagaimana dia memperlakukan aku ketika kebersamaan itu masih ada. Saat itu tak pernah kusangka seorang yang sangat baik dan cerdas menghampiriku untuk sekedar berkenalan. Aku memang tak sepopuler dia, aku hanya gadis biasa yang tak punya kelebihan apapun. Sedangkan dia, dia adalah seorang yang sangat kaya, cerdas,dan baik. Hampir semua wanita di kampus mengenalnya dan memujanya. Tapi ada apa denganku sehingga dia mau mendekatiku dan mengajakku berkenalan?. Setelah perkenalan itu dia mulai sering menghubungi aku, sekedar tanya dah makan belum, atau dah tidur belum atau kata-kata puitis lainnya. Aku biasa saja dan tak menganggapnya suatu hal yang lebih, tapi ketika teman-temanku mulai bergosip aku risih juga akhirnya. Dan pada saat makan siang di kampus, aku mulai berani bertanya padanya. Tentang semua gosip dan semua cerita yang berkembang di kampus, dan dia dengan sangat entengnya menjawab, “memang aku pacar kamu kan?”

Aku tak menduganya, aku bahkan tak pernah menerimanya atau dia menyatakan cintanya padaku. Tapi,,what ever juga akhirnya. Setelah pertemuanku yang mengejutkan itu,,aku mulai jalan bareng dengannya, makan, ngedate, janjian bolos kuliah dan seabrek agenda lainnya. Hingga pada saat yang tepat aku mengajaknya ke rumah, setelah sebelumnya dia mengenalkanku pada orangtuanya, kini giliran aku yang mengenalkannya pada orangtuaku. Satu persatu keluargaku kukenalkan, ketika kukenalkan pada adikku, mereka seolah sudah pernah bertemu sebelumnya. Pada saat itu aku menganggapnya biasa saja. Panjang lebar ibu dan ayahku bercerita padanya tentangku yang sangat manja. Setelah kurasa waktu sudah larut dan kami perlu istirahat, kutawarkan untuk tidur pada semua anggota keluarga tak terkecuali dia, karena perjalanan yang sangat jauh tentu menguras tenaga kami berdua. Ku antarkan dia ke kamar tamu dan say good night. Aku pergi ke kamarku sendiri untuk merebahkan lelahku. Dan aku terlelap.

Paginya kita pamitan, ada ketidak ikhlasan dimatanya ketika kami akan balik kekota, dan aku tak tahu itu karena apa. Dua jam kami tempuh dengan menumpang bus antar kota. Lelah. Dia pulang dan akupun pulang ke kontrakan. Terbius aku oleh rasa kantukku yang luar biasa. Kubalaskan rasa ini pada kasur lipatku.

Sudah dua hari ini aku ga ketemu dia, dan dia juga ga pernah telepon. Tiap kutelpon ga pernah aktif. Kenapa?. Akhirnya aku datang kerumahnya, dan kata pembantunya dia sedang keluar kota,,hah,,kenapa dia ga bilang padaku?

Delapan minggu sudah dia tak menemuiku, tak menelponku. Tapi aku tak bergeming, kuhubungi orangtuanya,barangkali dia pulang kampung. Ternyata tidak. Akupun mulai khawatir padanya, hingga pada suatu malam yang kelam dia menelponku. Aku merasa sangat merindukannya. Tapi, tak kusangka dia hanya bilang dia baik-baik saja dan ga bisa balik kuliah. Dia bekerja. Singkat sekali. Dan ketika aku ingin bertanya, dia sudah menutup telponnya. Paginya aku berusaha menghubunginya lagi, bisa, kudengar suara wanita memanggilnya dengan panggilan sayang. Adakah aku salah mendengar ini semua? Ya mungkin saja, aku tak memperdulikannya lagi. Tapi panggilan itu terdengar lagi, akupun bertanya padanya. “siapa di sana?”dan dia bilang calon istriku. Aku bagai lumpuh, tak dapat bicara,dan lemah. Kubiarkan handphoneku jatuh dan hancur. Selama ini ternyata dia meninggalkanku untuk yang lain. Dan aku tak tahu keberadaannya dimana. Ingin rasanya memukul dan mencacinya. Tapi aku tak bisa. Aku terpuruk dengan ketidak berdayaanku, kesepianku. Tapi aku telah rela, aku merelakannya untuk adikku yang paling cantik. Adikku yang mencintainya lebih dulu. Dan dia yang mendekatiku untuk menemui adikku. Lovely Peace.

Fla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan cik-cik dan uncle-uncle yang mau bercomment...Ana tunggu ya comment-nya...^__^