Selasa, 01 Maret 2011

Dunia Itu Kejam


Namaku Namdur. Entahlah, setahuku Namdur adalah nama seekor burung yang suka harta dan keindahan. Tapi kedua orang tuaku memberikannya padaku. Tak apalah, kelihatan macho katanya. Sudah sebulan ini rumahku kebanjiran, kata emak hujan sedang jatuh cinta pada bumi. Setiap hari kulewatkan hari dengan menimang-nimang sandwich yang dicuri emak dari rumah sebelah, belum habis-habis juga setelah 5 hari ku makan sedikit demi sedikit. Aku masih kecil, jadi belum boleh mencuri, kata bapak nanti jika sudah berumur 10 bulan aku boleh keluar rumah, mencari apapun yang aku mau. Seberapa indahnya dunia luar, masih di batas angan-anganku. Yang kutahu, bapak dan emak selalu membawa sarung tangan, selobong wajah dan sepatu baja. Katanya di luar banyak bahaya, banyak perangkap. Aku takut mendengar cerita bapak kalau si Lexi kemarin pergi dan tak kembali.
Penantian selama 10 bulan pun berakhir, kini saatnya aku berpetualang di luar rumah. Ku hampiri tiap bau yang menusuk hidungku. Apapun itu semua membuatku kagum. Ternyata di luar begitu indah, aku bisa melihat rumput-rumput hijau dengan jamur kuping di antara kayu-kayu mangga yang sudah tua. Melihat sisa-sisa embun pagi yang masih menempel di pucuk-pucuk daun. Mana yang diceritakan bapak tentang dunia luar? Sedang aku melihat begitu banyak keindahan di sini. Belum lama aku keluar rumah, emak sudah memanggilku. Katanya hari sudah malam, dan aku baru melangkah 10 meter saja dari rumah sejak pagi tadi. Aku terlalu kagum dengan berbagai bentuk benda asing yang baru aku lihat. Ku langkah kan kaki dengan gontai menuju rumah.
Sudah lima hari aku berkeliling, melihat sekitar tempat tinggalku. Bersama Edward anaknya pamanku. Setiap hari kuhabiskan dengan bermain di tumpukan kertas-kertas cantik yang berisi sisa Salad. Ah, senangnya masa-masa seperti ini.  Dan selalu saja emak memanggilku ketika terdengar gemuruh petir menyambar-nyambar. Aku belum puas. Kata emak bahaya dimana-mana jika hari hujan. Aku pun meringkuk ditempat tidur bercahaya lilin yang emak bawa dari ruangan besar penuh dengan makanan. Cemberut. Berpikir. Kapan aku bisa bermain lebih jauh lagi, bersama Edward tentunya. Pulas.
Kesempatan pun datang. Kata emak, emak sama bapak mau pergi mengunjungi kakek di seberang sana. Katanya sakit keras, aku ga boleh ikut, banyak bahaya,kata emak lagi. Pesan emak, aku ga boleh keluar rumah sampai batas 20 meter. Uhh,,kataku dalam hati menggerutu. Berangkatlah emak dan bapak. Ku ikuti sampai di depan rumah Edward. Setelah emak dan bapak jauh, kupanggil-panggil Edward, heumm tidak menyahut. Ku putuskan untuk bermain sendiri. Sedikit lebih jauh mungkin lebih asyik, kataku. 21 meter diluar rumah,masih biasa saja. Ku langkahkan kaki dan tanpa kusadari aku telah 100 meter di luar rumah. Tak ku lihat lagi rumahku dan rumah Edward. Indahnya, aku melihatada bentuk kubus dan di atasnya ada limas yang begitu besar, raksasa kubus mungkin. Penasaran, akupun mencoba mencari jalan masuk. Oh, itu, aku menemukan terowongan sempit menuju ke atas kubus dan limas itu. Setengah terowongan ku lalui, heuumm,,bau ini menggangguku…seperti Sandwich yang emak berikan padaku 10 bulan yang lalu. Kucari, dan owh,,,di depan itu rupanya. Tapi kenapa sandwich ini dimasukkan ke dalam besi-besi yang dirangkai menjadi balok ya?ah, tak kupikir. Aku sudah lapar, dan Krakkk!!!!! tempat ini tiba-tiba tertutup. Aku berteriak, memanggil emak dan bapak, cit cit cit,,cit cit cit…cit,,,cit..cit..
Aku Namdur yang tidak mendengarkan apa kata emak.. (T_T)


 D'kost 12:21 Mengawali Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan cik-cik dan uncle-uncle yang mau bercomment...Ana tunggu ya comment-nya...^__^