Namaku SULASMI

Sudah sekitar 3 bulan yang lalu, ketika itu aku masih setia menunggunya di bawah atap-atap berkarat itu. Duduk sendirian sambil mengawasi lalu lalang kendaraan. Ah, rupanya bus itu pun tak membawamu kembali, aku berguman ketika setiap perhentian tak ku lihat bayang tubuhmu. Aku ingat ketika itu kamu berjanji akan pulang setahun sekali unttuk menengok anakmu dan juga aku, kau belikan aku  kompor gas merk "Rinai" sebelum kau pergi merantau. Kompor itu kini telah usang, menunggu tuannya datang.

 Senja telah tiba, sesaat yang lalu masih ku dengar suara derum bus Langsung Jaya. Ku tunggu beberapa menit berharap kau ada di antara penumpang-penumpang yang berdesakan keluar. Kali ini, batang hidungmu pun tak ku lihat. kau pulang dengan kekecewaan yang mendalam, 3 bulan 4 hari sudah ku lalui di halte bus ini, menunggumu bersama sepeda Phoenix mu yang telah tua di makan waktu.

 Aku pulang dengan membawa tetes-tetes air hujan yang menelusup ke dalam tiap proi-poriku. Ku naiki sepeda ku dengan lunglai tanpa semangat, oh anakku, hari ini bagaimana kabarmu?telah lama aku tak mengunjungimu sejak kepergian bapakmu. 2 bulan ayahmu pergi kau pun meninggalkanku untuk selamanya. Andai aku datang lebih awal tentu aku masih bisa memelukmu dalam tidur mu. Penyakit itu datang karena kerinduanmu pada bapakmu, aku mengerti nak, maafkan ibu yang membiarkan ayahmu pergi dan tak pernah kembali sampai kau tidur di pembaringanmu.

 Jalan-jalan licin ini sedang berkawan dengan air hujan,ku lalui dengan pikiran gamang menerawang, menerobos kegalauan masa lalu. Cahaya pendar di kejauhan tiba-tiba sudah di depanku. Aku merasakan tubuhku ringan seperti kapas. Ku lihat anakku melambaikan tangan di bawah pohon Akasia.  Sekejap saja dan semua hilang.

 Aku melihat namaku tertulis di papan Kayu itu

 "Sulasmi"

"Lahir 12 Desember 1982"

"Wafat 12 Desember 2002"

  

Kampus, 16 Oktober 2010 Pukul 09.30